A. Pendahuluan
Istilah kultur dalam penyediaan bibit cacing tubifek sebenarnya kurang tepat. Pengertian yang akrab untuk penyediaan bibit cacing tubifek adalah klonning, yaitu penumbuhan cacing dalam klon ( bedengan tanah ) namun, untuk menyeragamkan dengaan beberapa istilah lain yang telah lazim dipakai istilah kultur.
Cacing tubifek sering juga disebut cacing rambut karena bentuk dan ukuranya seperti rambut. Ukuran kecil dan ramping, panjang 1-2 c. warna tubuh kemerah-merahan. Cacing ini termasuk kelompok Nematoda. Tubuh beruas-ruas. Cacing ini memiliki saluran pencernaan. Mulutmya berupa celah kecil, terletak didaerah terminal. Saluran pencernaannya berujung pada anus yang terletak dibagian sub-terminal.
B. mbangbiakan
Cacing tubifek banyak hidup diperairan tawar yang airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bahan organik yang telah terurai dan meengendap didasar perairan. Cacing ini akan membenamkan kepalanya masuk kedalam lumpur untuk mencari makan. Sementaraa ujung ekornya akan disembulkan diatas permukaan dasar untuk bernafas. Perairan yang banyak dihuni cacing ini sepintas tampak seperti koloni lumut merah yang melambai-lambai.
Cacing tubifek yang hidup adalah organisme hermaprodite. Hasil perkembangbiakannya berupa telur yang dihasilkan oleh cacing yang telah mengalami kematangan sek kelamin betinanya. Telur ini selanjutnya dibuahi cacing lain yang kelamin jantannya telah matang.
C. Kultur Cacing Tubifek
Cacing tubifek yang hidup diperairan alam dapat ditangkarkan ditempat-tempat terkontrol, misalnya kubangan tanah. Didalam kubangan ini kondisi lingkungan dibuat dibuat menyamai habitat perairan alam berlumpur. Kubangan diisi campuran pupuk kandang dan dedak halus setebal 10 cm. Pupuk dilumatkan dan dicampur dengan dedak halus. Selanjutnya diratakan dan diisi air. Biarkan rendaman ini sampai terbentuk endapan. Kemudian masukan klon/bibit cacing tubifek yang diangkat dari perairan alam dan aliran air untuk mengganti peresapan dan penguapan. Aliran air dibesarkan sedikit setelah bibit ditanam. Aliran air ini dibutuhkan untuk menngganti air secara kontinyu agar tetap layak dihuni.
Masa penangaran ini tergantung tujuan produksi cacing yang diinginkan biasanya cacing ini akan menyesuaikan dengan lingkungan baru selama beberapa hari. Cacing ini mulai berkembang biak selama 7-11 hari sejak penangkaran. Yang penting pada masa penangkaran ini tidak sampai terjadi kekeringan, sebab cacing tidak akan tumbuh dan berkembang biak dalam kondisi kering.
Hasil penangkaran ini selanjutnya digunakan sebagai bibit pada produksi mahal ditempat pemeliharaan yang ukuran lebih luas. Tujuan penangkaran ini adalah untuk mendapatkan bibit yang telah terbiasa hidup ditempat buaatan. Dengan cara ini setidaknya kematian bibit dalam peroduksi masal dapat dihindari sehingga persiapan lahan tidak sia-sia.
D. Pemanenan
Cara pemanenan cacing tubifek yaitu menggunakan serokan dan terilin. Cacing yang didapat masih tercampur dengaan media budidaya dimasukaan kedalam ember atau kebak yang diisi air,kira-kira 1cm diaatas media media budidaya agar cacing tubifek naik kepermukaan media budidaya. Ember ditutup dan menjadi gelap daan dibiarkan selama enam jam. Setelah enam jam cacing tubifek yaang menggerombol diatas medi diambil dengan tangan lalu ditaruh pada wadah yang airnya jernih dan mengalir.
Mengenai Saya
- Nautika
- Jeunieb, Bireuen. NAD, Indonesia
- Penulis dilahirkan pada tanggal 26 september 1984 di Desa Leugeu Kec. Peureulak Kab. Aceh Timur Prov. Nanggroe Aceh Darussalam, dari ayah Muhammad Yacob dan ibu Zaibah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Peureulak pada tahun 1998, lulus SMP Negeri 1 Peureulak Kab. Aceh Timur tahun 2001, lulus SMK Negeri 1 Peureulak Aceh Timur tahun 2004. penulis menyelesaikan pendidikan D-III Nautika Perikanan Laut di UNSOED (Universitas Jenderal Soedirman) Purwokerto Jawa Tengah tahun 2007, dan menyelesaikan studi D4 Akuakultur di Sekolah Ilmu Teknologi Hayati- ITB (Institut Teknologi Bandung) Jawa Barat pada tahun 2009
Pencarian
Rabu, 11 November 2009
BUDIDAYA CACING TABIFEK
Diposting oleh Nautika di 02.15
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
WAKTU SETEMPAT
showClock(obj);
Laman
Blog Archive
-
▼
2009
(65)
-
▼
November
(53)
- Pakan Alami ( Artemia)
- Makalah Biologi Struktur Dan Fungsi Sel
- Keramba Jaring Apung (KJA)
- USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
- PEMBUATAN ROUGHAGE
- PEMBUATAN FERMENTASI JERAMI
- PEMBUATAN BAK BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR
- SEKILAS TENTANG PENDIDIKAN
- Pengelolaan Pakan Alami Untuk Usaha Pembenihan Ikan
- BASIC SAFETY TRAINING
- PEMBENIHAN IKAN MAS
- MANAJEMEN OPERASIONAL UNIT PENANGKAPAN DENGAN ALAT...
- TINGKAH LAKU IKAN
- DAERAH PENANGKAPAN IKAN (Fishing Ground)
- ALAT TANGKAP RAWAI TUNA
- ’’MEMAHAMI PSIKOLOGI KEADAAN SISWA DENGAN AJARAN I...
- MASALAH UAN
- SKENARIO PEMBELAJARAN
- TEKNIK PENANGKAPAN IKAN DENGAN TRAWL
- PEMBENIHAN LELE DUMBO SEMI INTENSIF
- PEMBESARAN IKAN NILA
- BUDIDAYA CACING TABIFEK
- MASADEPAN NAUTIKA PERIKANAN INDONESA
- PENYAKIT IKAN
- PEMBENIHAN UDANG WINDU
- PEMBESARAN UDANG DITAMBAK
- BUDIDAYA PAKAN ALAMI
- Makalah Sejarah Tentang Tarumanegara
- Makalah Sejarah Tentang Pulau Bali
- Makalah Sejarah Tentang Candi Borobudur
- Makalah Biologi Tentang Inseminasi Pada Sapi
- Makalah Biologi Tentang Keragaman Hewan Vetebrata ...
- Makalah Biologi Tentang Polusi Air
- Cerpen Bahasa Indonesia 3
- Cerpen Bahasa Indonesia 2
- Cerpen Bahasa Indonesia 1
- Cerpen Bahasa Inggris 3
- Cerpen Bahasa Inggris 2
- Cerpen Bahasa Inggris 1
- PROSEDUR DARURAT DAN KESELAM ATAN PELAYARAN
- KOMUNIKASI DAN MERSAR
- AZAS-AZAS PEMUATAN / PEMADATAN
- PENGATURAN MUATAN KAPAL
- Keseimbangan kapal (Stabilitas kapal)
- Sifat-sifat fisik serta kimia air laut
- Oceanography
- Geografi Dan Meteorologi Terapan
- Cara Mengoperasikan Radio Detection And Ranging (R...
- Benda Bantu Navigasi
- ALAT TANGKAPAN IKAN DENGAN MENGUNAKAN PURSE SAEINE
- mikroalga
- Makalah Sejarah Tentang Pulau Bali
- PELAYARAN DATAR
-
▼
November
(53)
0 komentar:
Posting Komentar