BUDIDAYA PAKAN ALAMI
1. Arthemia salina
Arthemia salina adalah salah satu jenis udang primitive tingkat rendah yang termasuk dalam filum arthropoda, kelas crustacean, ordo anostraca, dan famili arthimedae. arthemia salina hidup dalam air laut dengan kadar salinitas tinggi yaitu 30 – 35 ppt, pH 8,0 – 8,5, dan suhu 28 – 30 0C .
Dalam perkembangbiakannya arthemia mengalamibeberapa fase yaitu :
- fase kista (telur)
fase kista adalah suatu kondisi istirahat pada hewan crustacean tingkat rendah seperti arthemia. Ketika direndam dalam air laut, kista atau telur akan menyerap air dan akibatnya didalam kista terjadi proses metabolisme embrio yang aktif. Selang 24 – 28 jam kemudian, cangkang kista akan pecah dan muncul embri yang masih terbungkus oleh selaput penetasan.
- fase nauplius
nauplius adalah larva stadium tingkat pertama dari arthemia. Pada fase ini, embrio yang masih terbungkus selaput penetasan akan berkembang menjadi organisme baru yag diawali dengan pecahnya selaput penetasan yang masih membungkus embrio (nauplius). Larva ini berwarna jingga kecoklatan karena membawa kuning telur (egg yolk) yang melakat pada tubuhnya.
- fase dewasa
fase ini adalah kondisi nauplius yang telah berkembang menjadi arthemia dewasa. Ciri arthemia dewasa adalah terdapat sepasang mata majemuk dan antana sensor pada kepala serta memiliki saluran pencernaan.
Penetasan kista arthemia:
Penetasan kista arthemia dilakukan dengan menggunakan wadah yang berbentuk kerucut yang terbuat dari bahan fiber. Tempat penetasan berbentuk kerucut (konokel tank) agar memudahkan pada saat pemanenan. Salinitas ideal untuk penetasan Arthemia berkisar antara 30 – 35 ppt. pH 8,0 – 8,5 dan suhu ideal berkisar antara 28 – 300C. Cara menetaskan kista Arthemia adalah sebagai berikut :
Persiapkan wadah dan kista arthemia yang akan ditetaskan
Bersihkan wadah yang akan digunakan untuk menetaskan dengan menggunakan air laut steril. Setelah bersih isi dengan air laut steril 40 – 70 % dengan salinitas 35 ppt dan di beri aerasi.
Masukkan kista arthemia yang akan ditetaskan ke dalam wadah (padat tebar 200 gram)dan biarkan selama 24 jam sampai kista menetas menjadi naupli.
Pemanenan dilakukan dengan cara disedot menggunakan selang dan ditampung diatas wadak/bak yang diberi saringan.
Dekapsulasi kista arthemia sangat penting dilakukan untuk meningkatkan presentase Haching Rate (HR), karena dengan dekapsulasi dapat menghilangkan cangkang luar kista yang keras yang sering disebut dengan lapisan korion. Dekapsulasi dilakukan sebelum penetasan kista.
1. Siapkan alat dan bahan yang di perlukan
2. Masukan kiste arthemia sebnayak ± 400 gram (satu kaleng) dalam ember kemudian rendam dalam clorine dengan perbandingan 1:1.
3. Tambahkan Natrium Thiosulfat untuk menetralkan kemudian tambahkan juga air tawar dan air laut.
4. Rendaman di beri aerasi sambil terus di aduk sampai keluar busa, setelah itu kista disaring dengan menggunakan kain kasa yang halus sampai berubah warna menjadi warna orange
5. Suhu dipertahankan sampai 400C pada tahap pertama dan 350C untuk tahap kedua. Proses dekalsulasi diulangi terus sampai cangkang benar-benar tipis.minimal diulangi sampai 4 kali.
6. Hasil dari dekapsulasi dapat langsung ditetaskan.
Pemanenan
Sebelum dilakukan pemenenan aerasi dimatikan terlebih dahulu selama 10 menit untuk mengendapkan sisa cangkang dan naupli akan berada dipermukaan untuk mencari oksigen. Setelah naupli berada dipermukaan sedot dengan menggunakan selang dan air yang keluar disaring dengan menggunakan planktonnet/kain sablon ukuran T9.
2. Skeletonema costatum
Skeletonema costatum adalah salah satu jenis fitoplankton yang berbentuk filament, dan satu filament terdiri dari banyak sel. Benih Skeletonema didapat dari hasil kultur diLaboratorium Pakan Alami yang terdapat pada balai ini.
Pakan alami jenis Skeletonema costatum ini diberikan pada saat stadia zoea 1 sampai PL 3, diberikan 2 kali sehari setiap pagi dan malam hari 1 jam setelah pemberian pakan buatan.
Kultur Skeletonema costatum
Kultur dilakukan pada bak volume 6 ton setiap hari (pagi) dan dipanen setiap hati juga. Bak untuk kultur Skeletonema berukuran 6 x 1 (6 m2) dan berjumlah 4 bak dengan ketinggian air maksimal 100 cm, beratapkan kaca atau fiber dan dilengkapi dengan lampu listrik untuk merangsang terjadinya proses fotosintesis pada mala hari.
Dosis pupuk untuk kultur Skeletonema yaitu KNO3 50 ppm 240 gram, Na2HPO4 25 ppm 40 gram, SiO3 2 ppm 40 gram, FeCl3 0,5 ppm 20 gram dan EDTA 3 ppm 20 gram. Pupuk dicampur dan ditambah dengan air laut ± 5 – 10 liter (dilarutkan) sedangkan FeCl langsung disebar merata ke bak kultur. Untuk melakukan kultur skelatonema dari bak yang masih terdapat sisa kultur, dipakai dosis setengah dari dosis total. Misalnya didalam bak masih terdapat skeletonema dengan volume air tinggal setengah dari volume bak (habis disaring), maka volume air dan pupuk yang diberikan adalah setengahnya dari dosis total, hal ini karena didalam bak kultur masi terdapat sisa pupuk. Salinitas yang baik untuk kultur skeletonema adalah berkisar antara 26 – 28 ppt dan suhu 28 – 300C.
Pemanenan
Pemanenan sekeletonema dilakukan dengan cara membuka saluran out let yang ada dibak kultur dan dihubungkan dengan selang yang pada ujungnya diberi planktonnet atau kain satin untuk menyaring skeletonema tersebut. Setelah sekeletonema tersaring dalam planktonnet selanjutnya ditaruh dalam wadah yang diberi untuk selanjutnya diberikan pada benih udang.
Mengenai Saya
- Nautika
- Jeunieb, Bireuen. NAD, Indonesia
- Penulis dilahirkan pada tanggal 26 september 1984 di Desa Leugeu Kec. Peureulak Kab. Aceh Timur Prov. Nanggroe Aceh Darussalam, dari ayah Muhammad Yacob dan ibu Zaibah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Peureulak pada tahun 1998, lulus SMP Negeri 1 Peureulak Kab. Aceh Timur tahun 2001, lulus SMK Negeri 1 Peureulak Aceh Timur tahun 2004. penulis menyelesaikan pendidikan D-III Nautika Perikanan Laut di UNSOED (Universitas Jenderal Soedirman) Purwokerto Jawa Tengah tahun 2007, dan menyelesaikan studi D4 Akuakultur di Sekolah Ilmu Teknologi Hayati- ITB (Institut Teknologi Bandung) Jawa Barat pada tahun 2009
Pencarian
Rabu, 11 November 2009
BUDIDAYA PAKAN ALAMI
Diposting oleh Nautika di 01.31
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
WAKTU SETEMPAT
showClock(obj);
Laman
Blog Archive
-
▼
2009
(65)
-
▼
November
(53)
- Pakan Alami ( Artemia)
- Makalah Biologi Struktur Dan Fungsi Sel
- Keramba Jaring Apung (KJA)
- USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
- PEMBUATAN ROUGHAGE
- PEMBUATAN FERMENTASI JERAMI
- PEMBUATAN BAK BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR
- SEKILAS TENTANG PENDIDIKAN
- Pengelolaan Pakan Alami Untuk Usaha Pembenihan Ikan
- BASIC SAFETY TRAINING
- PEMBENIHAN IKAN MAS
- MANAJEMEN OPERASIONAL UNIT PENANGKAPAN DENGAN ALAT...
- TINGKAH LAKU IKAN
- DAERAH PENANGKAPAN IKAN (Fishing Ground)
- ALAT TANGKAP RAWAI TUNA
- ’’MEMAHAMI PSIKOLOGI KEADAAN SISWA DENGAN AJARAN I...
- MASALAH UAN
- SKENARIO PEMBELAJARAN
- TEKNIK PENANGKAPAN IKAN DENGAN TRAWL
- PEMBENIHAN LELE DUMBO SEMI INTENSIF
- PEMBESARAN IKAN NILA
- BUDIDAYA CACING TABIFEK
- MASADEPAN NAUTIKA PERIKANAN INDONESA
- PENYAKIT IKAN
- PEMBENIHAN UDANG WINDU
- PEMBESARAN UDANG DITAMBAK
- BUDIDAYA PAKAN ALAMI
- Makalah Sejarah Tentang Tarumanegara
- Makalah Sejarah Tentang Pulau Bali
- Makalah Sejarah Tentang Candi Borobudur
- Makalah Biologi Tentang Inseminasi Pada Sapi
- Makalah Biologi Tentang Keragaman Hewan Vetebrata ...
- Makalah Biologi Tentang Polusi Air
- Cerpen Bahasa Indonesia 3
- Cerpen Bahasa Indonesia 2
- Cerpen Bahasa Indonesia 1
- Cerpen Bahasa Inggris 3
- Cerpen Bahasa Inggris 2
- Cerpen Bahasa Inggris 1
- PROSEDUR DARURAT DAN KESELAM ATAN PELAYARAN
- KOMUNIKASI DAN MERSAR
- AZAS-AZAS PEMUATAN / PEMADATAN
- PENGATURAN MUATAN KAPAL
- Keseimbangan kapal (Stabilitas kapal)
- Sifat-sifat fisik serta kimia air laut
- Oceanography
- Geografi Dan Meteorologi Terapan
- Cara Mengoperasikan Radio Detection And Ranging (R...
- Benda Bantu Navigasi
- ALAT TANGKAPAN IKAN DENGAN MENGUNAKAN PURSE SAEINE
- mikroalga
- Makalah Sejarah Tentang Pulau Bali
- PELAYARAN DATAR
-
▼
November
(53)
0 komentar:
Posting Komentar