Senin, 01 Februari 2010

Ternak Domba ( Bovidae )

1. SEJARAH SINGKAT
Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.
3. JENIS
Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:
1. Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
2. Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
3. Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.
4. Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.
Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat
4. MANFAAT
Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
1. Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
2. Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
3. Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
4. Tipe kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
5. Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang
diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
2. Penyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.


1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
1. Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki
nafsu kawin besar dan ekor normal.
2. Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.
2. Reproduksi dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
1. Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
2. Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
3. Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:
1. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
2. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
3. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
4. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
5. Sering kencing.

Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.
3. Pemeliharaan
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
2. Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
3. Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
1. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar
matahari pagi.
2. Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.
3. Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
4. Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
1. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
2. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
siratro.
3. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
daun ketela rambat dan daun beringin.
4. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:
5. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
6. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
7. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
8. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
9. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas

Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:
10. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
11. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
12. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
13. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
14. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
15. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
16. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
17. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
18. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
19. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
20. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
21. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
22. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
23. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
24. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
25. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
26. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
27. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
28. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
29. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
30. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
5. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
6. Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1. Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
2. Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
3. Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.
4. Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.
5. Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.
6. Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir. Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
7. Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.
8. Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
9. Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
10. Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
11. Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu. Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
12. Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
5. Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. PANEN
1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.
3. Pembersihan
Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak
tercemar oleh bakteri dan kotoran.
9. PASCAPANEN
1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
2. Pengulitan
Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
3. Pengeluaran Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut
domba.
4. Pemotongan Karkas
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas
harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1. Biaya produksi
1. Lahan
 Sewa tanah 700 m 2 (5 bulan) Rp. 100.000,-
2. Bibit
 Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- Rp. 4.000.000,-
3. Bangunan dan peralatan
 Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) :
 Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- Rp. 720.000,-
 Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- Rp. 704.000,-
 Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 32.000,-
 Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
 Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- Rp. 1.296.000,-
 Tali 42 m @ Rp. 700,00 Rp. 29.400,-
 Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m :
 Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- Rp. 56.000,-
 Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- Rp. 108.000,-
 Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 Rp. 8.000,-
 Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00 Rp. 7.500,-
 Genting 1.200 buah @ Rp.200,- Rp. 240.000,-
 Tali 15 m @ Rp. 700,- Rp. 10.500,-
 Peralatan
 Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- Rp. 250.000,-
 Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- Rp. 25.000,-
 Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- Rp. 7.500,-
 Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- Rp. 70.000,-
 Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- Rp. 6.000,-
4. Pakan
 Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,-
 Konsentrat Rp. 2.450.000,-
 Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,-
 Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,-
 Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,-
 Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp. 512.820,-
 Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,-
 Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
 Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
5. Tenaga kerja
 Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 784.000,-
 Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 105.000,-
 Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari Rp. 884.000,-
6. Biaya tak terduga 10% Rp. 3.213.800,-
Total Modal Usaha Tani Rp. 35.351.710,-
2. Pendapatan
1. Nilai penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- Rp. 38.000.000,-
2. Nilai penjualan pupuk kandang Rp 250.000,- : Total Pendapatan (II) Rp. 38.250.000,-
3. Keuntungan usaha : (II - I) Rp. 2.898.290,-
3. Parameter kelayakan usaha
Total Pendapatan
a. B/C Ratio = ........ . = 1,08
Total biaya produksi
2. Gambaran Peluang Agribisnis : …
11. DAFTAR PUSTAKA
1. Bambang agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2. Bambang Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
3. Bambang Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta,
4. Joko santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan (Prosiding), Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.
5. Warta pertanian No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta, 1993.
12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
________________________________________
PENGATURAN PRODUKSI ANAK DOMBA
1. KELUARAN
Pola produksi tepat sasaran
2. PEDOMAN TEKNIS
1. Pengaturan perkawinan domba ditujukan untuk mengatur produksi anak disesuaikan dengan target penjualan. Minimal target yang dikejar adalah satu ekor per bulan dapat dijual.
2. Pejantan dan 8 ekor betina merupakan skala usaha terkecil untuk menghasilkan anak satu setiap bulan. domba induk disatukan dengan pejantan selama 2 bulan dan diganti setiap 2 bulan dengan induk berikutnya tidak bunting.
3. Lama pemeliharaan anak bersama induk adalah 3 bulan dan disapih untuk tujuan penggemukan atau bibit.
4. pakan untuk induk bunting dan menyusui ditambahkan pakan tambahan disamping pakan dasar rumput/hijauan (1 1/2 % berat badan)
3. SUMBER
Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
4. KONTAK HUBUNGAN
Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia


BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG

1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.

2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia.

Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.

3. J E N I S
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).

Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi
Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.

Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.

Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.

4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.

Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan
3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.

1) Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter
dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah


2) Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.

3) Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.

Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.


6.2. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.

Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3) laju pertumbuhannya relatif cepat.
4) efisiensi bahannya tinggi.

6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.

Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
2. Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.

Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.

Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.

Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
3. Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.

Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.


7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.

3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.


8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.

9. PASCA PANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.

9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi
dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.

Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%).

Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %

Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksi
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-
b. Kandang Rp. 1.000.000,-
c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari
Rp. 12.000.000,-
Rp. 7.482.500,-
d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-


2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan >Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-


2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg


Rp. 111.110.000,-
b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-

3) Keuntungan
a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-

4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.

Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :
a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total.

Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
2. Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.

b) Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat

Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).


11. DAFTAR PUSTAKA
1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta.
2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.
3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka
4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta.
5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.
6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.

12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id


Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


Ternak Ayam Potong

1. SEJARAH SINGKAT Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
2. SENTRA PETERNAKAN Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi
3. J E N I S Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab
semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.
Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.
4. MANFAAT Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
1) penyediaan kebutuhan protein hewani
2) pengisi waktu luang dimasa pensiun
3) pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja
4) tabungan di hari tua
5) mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2) Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3) Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)



6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
2. Peralatan
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
c. Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
e. Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
1.

6.2. Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
b) pertumbuhan dan perkembangannya normal
c) ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
d) tidak ada lekatan tinja di duburnya.
1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:
a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
1.
2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.

6.3. Pemeliharaan
1. Pemberian Pakan dan Minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
- kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
- kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
- kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
- kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

1. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah
sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
1.
2. Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

7.2. Hama
1. Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.

8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
8.2. Hasil Tambahan
Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.
9. PASCA PANEN
9.1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
9.2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
9.3.; Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
9.4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
9.5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.


Budidaya Kambing Peranakan Etawah

PENDAHULUAN
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan kambing Etawah (kambing jenis unggul dari India) dengan kambing Kacang (kambing asli Indonesia).
Kambing PE dapat beradaptasi dengan kondisi iklim Indonesia, mudah dipelihara dan merupakan ternak jenis unggul penghasil daging juga susu. Produksi daging kambing PE lebih tinggi dibandingkan dengan kambing kacang. Bobot badan Kambing PE jantan dewasa antara 65 – 90 kg dan yang betina antara 45 – 70 kg. Produksi susu bisa mencapai 1 – 3 liter/hari.
Kambing PE juga sangat prospektif untuk usaha pembibitan. Harga anak kambing PE bisa 3 – 5 kali lipat harga anak kambing lokal. Kambing PE beranak pertama kali pada umur 16 – 18 bulan dan dalam waktu 2 tahun bisa beranak 3 kali jika diusahakan secara intensif dengan hasil anak kembar 2 – 3 ekor/induk.
CIRI – CIRI KAMBING PE
Postur tubuh tinggi, untuk ternak jantan dewasa gumba/pundak 90 – 110 cm dan betina 70 – 90 cm. Kaki panjang dan bagian paha ditumbuhi bulu/rambut panjang
 Profil (bagian atas hidung) tampak cembung
 Telinga panjang (25 – 40 cm) terkulai ke bawah
 Warna bulu umumnya putih dengan belang hitam atau coklat. Tetapi ada juga yang polos putih, hitam atau coklat.
PEMILIHAN BIBIT
1. Bibit Kambing PE yang baik
• Sehat, tidak cacat fisik dengan nafsu makan besar dan aktif
• Bulu bersih dan mengkilat
• Dada lebar dan dalam, kaki kurus dan kuat
• Berasal dari keturunan kembardan induk tidak sedarah
2. Bibit Kambing PE jantan yang baik
• Postur tubuh tinggi besar dan gagah
• Kaki panjang dan tumit tinggi
• Alat kelamin normal dan nafsu sex besar
3. Bibit Kambing PE betina yang baik
• Bersifat keibuan dan pandai mengasuh anak
• Alat kelamin normal
• Mempunyai ambing yang simetris, kenyal dan tidak ada bekas luka



PERKEMBANGBIAKAN
Perkawinan dapat menghasilkan kebuntingan bila dilakukan pada saat kambing betina dalam keadaan birahi. Kambing betina birahi pertama pada saat umur 6 – 8 bulan tetapi belum dapat dikawinkan menunggu dewasa tubuh pada umur 10 – 12. Sedangkan kambing jantan sebaiknya dikawinkan setelah umur 12 bulan.
Tanda – tanda birahi pada kambing betina antara lain:
1. Gelisah, tidak nafsu makan, ekor dikibas – kibaskan serta terus – menerus mengembik
2. Alat kelamin bengkak, berwarna merah serta mengeluarkan sedikit lendir bening
3. Masa birahi berlangsung selama 24 – 45 jam dan akan terulang dengan siklus 18 – 20 hari
Bila kambing betina telah menunjukkan gejala birahi maka sebaiknya segera dikawinkan. Perkawinan dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Kawin alam
Kawin yang dilakukan dengan memasukkan kambing betina ke kandang pejantan selama 2 hari
2. Kawin suntik / IB
Kawin yang dilaksanakan dengan cara memasukkan sperma beku yang mutu genetiknya terjamin
Adapun ciri-ciri kambing bunting antara lain:
 Sejak dikawinkan gejala birahi tidak muncul lagi
 Sikap tenang dan nafsu makan meningkat
 Perut sebelah kanan membesar dan ambing turun
 Suka menggesek-gesekkan badan ke dinding kandang
Kambing bunting sebaiknya dipelihara terpisah dengan yang lain dengan cara memberi sekat agar tidak terganggu kambing lain dan lantai kandang harus kuat agar kambing tidak terperosok atau terpeleset.
Masa Bunting kambing selama 5 bulan, anak yang baru lahir segera disusukan pada induknya agar mendapatkan colostrum yang berguna bagi pembentukan kekebalan tubuh.
Anak kambing disapih pada umur 3 bulan dan induknya dapat dikawinkan lagi sehingga dalam waktu 2 tahun bisa beranak 3 kali.
PRODUKSI SUSU KAMBING
Produksi susu kambing PE relatif tinggi dan berlebih jika hanya untuk mencukupi kebutuhan anak sehingga dapat dimanfaatkan untuk manusia. Kandungan gizi susu kambing yaitu protein 3,7 %, lemak 4,1 %, gula 4,6 % dan mineral 0,80 %. Susu kambing juga mempunyai khasiat sebagai berikut:
 Membantu penyembuhan penyakit paru-paru (TBC, asma, flek)
 Mencegah osteophorosis
 Menanggulangi penyakit gatal pada kulit
 Meningkatkan pertumbuhan dan kecerdasan anak
 Mengencangkan dan menghaluskan kulit
 Menambah gairah seksual.
PAKAN TERNAK KAMBING
Secara umum ternak kambing setiap hari membutuhkan pakan hijauan sebanyak 10 % dari bobot badan, tetapi dalam pemberiannya 2 kali lipat karena kambing bersifat pemilih. Pemberian dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Pemberian konsentrat diberikan untuk menambah dan melengkapi kebutuhan gizi dengan jumlah 1% dari bobot badan. Pemberian konsentrat dilakukan pada pagi hari.
Untuk mencukupi kebutuhan mineral maka diberikan garam dapur yang ditempatkan pada wadah khusus yang ditempatkan pada wadah khusus dan kambing akan menjilati sesuai kebutuhan.
PERKANDANGAN
Kandang kambing PE idealnya berbentuk panggung dengan lantai dari lajur bambu atau papan yang dipasang berjajar dari depan ke belakang. Antara lajur diberi sela 1,2 cm agar kotoran serta kaki tidak terperosok. Kebutuhan ruang kandang kambing jantan dewasa 1,5 m x 1,5 m/ekor dan betina 1,5 m x 1 m/ekor.
Sumber:
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo. 2007. Lembar Informasi Pertanian: Budidaya Kambing PE. Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo. Wonosobo.

Tahap Pembelahan sel pada ikan

Gene merupakan unit yang elementer dari sifat-sifat yang diturunkan terdapat dalam sepanjang kromosom. Dalam ikan dan vertebrate lain, tiap kromosom diketahui mengandung ratusan bahkan ribuan gene. Gene sebagai unit terkecil, pembawa sifat keturunan adanya pada kromonemata yaitu pada bagian inti kromosom.

Pada saat terjadinya pembelahan sel, kromosom ini turut terbagi tetapi pembagian ini tergantung kepada macam pembelahannya.
Pembelahan sel ada dua macam, yaitu pembelahan mitosis dan meiosis. Pembelahan mitosis terdapat pada sel somatik, dimana dalam pembelahan itu jumlah kromosom tidak terdapat perubahan yaitu tetap 2n atau diploid. Sedangkan pada pembelahan meiosis yaitu dalam pembentukan gamet jumlah kromosom tereduksi menjadi setengahnya atau n (haploid) (Gambar 18).

Berdasarkan kepada proses yang terjadi selama pembelahan, dapat digolongkan menjadi tahap, sebagai berikut:

Prophase : Dalam inti terdapat suatu pembentukan struktur yang komplek yang bentuknya semacam benang. Pada awal tahap ini tampak dua kronemata tetapi pada akhir¬nya kronemata tersebut hilang atau tidak tampak.

Metaphase : kromosom berjajar pada garis khatulistiwa cell.

Anaphase : kromosom membelah memanjang menjadi dua bagian. Masing-masing mengandung satu kromonemata. Kemudian masing-masing bagian kromosom yang telah membelah bergerak menuju salah satu kutub sel dan akhirnya dalam satu sel itu membentuk dua set kromosom seperti pada tahap porphase.

Telophase : Tiap kromosom kembali kepada kondisi metabolik. Terbentuk kembali dinding inti yang mengelilingi inti baru. Akhirnya terbentuk dua sel anak yang identik dengan sel induk.




Tagging Pemberiaan Tanda Pada Tubuh Ikan

Tagging ialah pemberian tanda kepada tubuh ikan dengan membubuhkan benda asing. Benda yang digunakan ialah benda-benda yang tidak mudah berkarat seperti perak, alumunium, nikel, plastik, ebonit, selluloid, dan lain-lain. Pada tag ini dapat diberi tanggal, nomor seri atau kode lainnya yang dapat memberi keterangan atau pesanan kepada yang menemukan ikan yang mempunyai tag tersebut. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dibanding dengan marking sehingga memudahkan identifikasi individu yang telah diberi tag.

Bagian tubuh ikan yang biasa diberi tag ialah:
Bagian kepala :
– tulang rahang bawah
– tutup insang

Bagian tubuh :
– bagian depan sirip punggung
– bagian belakang sirip punggung
– bagian dalam tubuh
– bagian sirip lemak (adipose fin)
– batang ekor

Tujuan pemberian tanda pada ikan ialah untuk mengenal kembali ikan yang telah diberi tanda. Kegunaannya antara lain untuk mempelajari:
A. Parameter populasi
1. Kepadatan
2. Kecepatan mortalitas
3. Kecepatan eksploitasi
4. Kecepatan recruitmen

B. Kecepatan dan arah ruaya
C. Pertumbuhan dan penentuan umur
D. Tingkah laku

Beberapa pertimbangan dalam percobaan pemberian tanda pada ikan ialah:
1. Tujuan percobaan pemberian tanda
2. Lamanya percobaan
3. Cara pengembalian ikan bertanda
4. Macam dan jumlah ikan yang terlibat
5. Tenaga kerja yang tersedia untuk beri tanda


Berdasarkan pertimbangan di atas maka harus sampai kepada keputusan pemilihan apakah marking atau tagging yang akan digunakan dalam percobaan. Misalnya untuk studi parameter populasi dengan menggunakan marking akan lebih baik karena murah dan dapat dilakukan lebih cepat. Bila menggunakan tagging, akibat luka pada waktu pemberian tanda pengaruhnya lebih besar daripada dengan marking.

Selain dari itu akan lebih sukar daripada dengan marking.
Berhubung ikan yang tertangkap harus dilepaskan maka seyogianya alat penangkapan dalam percobaan ini harus merupakan alat sedemikian rupa sehingga ikan yang tertangkap itu tidak menyebabkan kematian seketika atau dalam waktu yang relatif tidak lama sesudah itu.



Beberapa alat yang biasa dipakai dalam percobaan ini antara lain:
1. "Electric shocker" akan menghasilkan ikan tangkapan dalam kondisi baik jika arus listrik yang dipakai tidak terlalu besar untuk membuat kejutan.
2. Bubu akan menghasilkan ikan dalam kondisi baik bila frekuensi pengangkatan bubu sering dilakukan.
3. Gillnet menghasilkan tangkapan ikan yang kurang baik karena akan merusak bagian tubuh ikan bahkan sering ditemukan ikan yang mati bergantungan pada faring.
4. Seine, hasilnya bervariasi mulai dari kehilangan pada ikan-ikan tertentu sampai rusaknya ikan berukuran kecil.

Ikan-ikan yang sudah tertangkap ditaruh dalam suatu kurungan ikan sebelum diberi tanda. Pengurung ikan ini bermacam-macam. Ada yang merupakan bak yang dapat ditaruh di tanah dan dapat dipindah-pindahkan. Ada yang merupakan kurungan terapung dalam air yang cukup besar volumenya agar ikan tidak terlalu berdesak-desakan. Semua tempat pengurungan ikan diberi lindungan atau ditempatkan di tempat aman agar ikan tidak terlalu banyak mendapat gangguan. Pada waktu akan memberi tanda pada ikan, adakalanya airnya itu diberi zat pembius seperti MS 222 untuk menghindarkan berontakan ikan agar ikan itu tida luka atau orang pemberi tanda tidak tertusuk duri sirip. Ikan yang terkena bius lebih mudah diperlakukan untuk diberi tanda. Kekurangan dalam menggunakan zat pembius ini ialah, apabila pemberian tanda telah selesai ada kemungkinan ikan tersebut masih belum siuman dan belum kembali seperti keadaan sebelum ditangkap. Jadi dalam pemberian zat pembius ini harus tepat dosisnya. Kalau berlebihan dapat mematikan ikan tersebut. Oleh karena itu, kalau dapat diusahakan jangan menggunakan zat pembius kecuali kalau dianggap sangat penting sekali. Sebab dalam hal ini harus diusahakan agar ikan itu kalaupun mendapat gangguan ("stress") harus yang seminimal mungkin.

Disebabkan banyak persoalan yang timbul sehubungan dengan pemberian tanda yang cocok, maka pemberian tanda pada ikan itu harus memenuhi hal-hal seperti berikut:
1. Tanda tidak berubah selama ikan itu hidup.
2. Tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga mudah ditangkap oleh pemangsa.
3. Tidak menyebabkan mudah tersangkut pada ganggang atau tanaman lainnya.
4. Tanda itu murah dan mudah diperoleh.
5. Tepat untuk tiap ukuran ikan dengan penyesuaian yang sesedikit mungkin.
6. Mudah diterapkan pada ikan tanpa menggunakan zat pembius dan gangguan "stress" diusahakan sekecil mungkin.
7. Cukup banyak variasi untuk membedakan kelompok ikan yang kecil perbedaannya.
8. Tidak menyebabkan kesehatan ikan terganggu.
9. Tidak berbahaya atau menyebabkan bahaya pada ikan sebagai ikan pangan.
10. Tanda ikan mudah dikenal oleh orang yang tidak mendapat latihan sekalipun.

Bila program untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan tanda pada ikan diperlukan koordinasi diantara yang berkecimpung dalam bidang perikanan, rencana yang baik dan mendetail mengenai pengembalian tanda, personil yang cukup untuk pemberian tanda dan untuk mengenai kembali tanda pada ikan yang disertai dengan laporan yang cermat.

Program ini, disebarluaskan melalui iklan di TV, radio, surat kabar, penerangan-penerangan kelompok pada masyarakat, dan lain-lain. Diusahakan agar para nelayan yang membantu menemukan kembali tanda yang terdapat pada ikan tetap bergairah. Sebab biasaya dalam waktu satu atau dua tahun nelayan atau masyarakat masih bergairah membantu tetapi pada tahun berikutnya sudah kurang berkooperasi lagi. Oleh karena itu sudah wajar apabila orang yang mengembalikan tanda pada ikan itu mendapat hadiah yang menarik. Jadi keterangan yang tertera pada tanda ikan itu harus informatif dan instruksi yang jelas untuk megembalikan tanda. Tanda pada ikan itu dapat diserahkan ke tempat di mana saja yang telah ditentukan dan akan ditukar dengan hadiah yang telah dijanjikan secara tunai. Namun harus diperhatikan bahwa apabila tanda yang dikembalikan terlalu cepat, akan kurang mempunyai arti sejarahnya baik dalam aktifitas ruaya, pertumbuhan dan sebagainya.
PEMBERIAN TANDA PADA IKAN

Pemberian tanda pada ikan ada dua, macam:
Marking
Tagging


1. Marking

Marking yaitu pemberian tanda pada tubuh ikan bukan berupa benda asing. Tanda yang termasuk ke dalam kategori ini ialah pemotongan sirip, pemberian lubang pada tutup insang dan pemberian tatoo. Di antara tanda-tanda tesebut yang paling banyak digunakan ialah pemotongan sirip dan pemberian lubang, sedangkan cara yang satunya lagi jarang digunakan karena selain sukar dikerjakan juga, hasilnya tidak tahan lama.

Pemotongan sirip biasanya dilakukan terhadap sirip perut ikan yang sebelah kanan atau yang sebelah kiri. Ada juga yang memotong sirip lainnya. Yang harus diperhatikan dalam mengerjakan pekerjaan ini ialah penjagaan agar akibat dari pemotongan itu jangan sampai menjadi tumbuh lagi sehingga sukar mengenal sirip yang telah dipotong apabila ikan itu telah tertangkap lagi. Atau kalau tumbuh lagi bagian sirip yang dipotong hendaknya mudah dikenal bagian yang tumbuh baru itu. Juga akibat dari pemotongan itu jangan berpengaruh besar kepada tingkah laku ikan, sehingga ikan itu tidak wajar atau mudah ditangkap oleh mangsanya.
Pemberian lubang yang berbentuk bundar atau segi tiga dapat dilakukan pada tutup insang dengan menggunakan gegep kecil yang diatur khusus untuk keperluan itu. Tetapi hasilnya, karena ada kalanya lubang yang telah dibuat tertutup kembali dengan baik. ikan yang berlendir tebal pada tutup insangnya seperti ikan bandeng, mungkin sedikit susah menerapkan metode ini.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com