Rabu, 11 November 2009

MANAJEMEN OPERASIONAL UNIT PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP LONG LINE

A. PERSIAPAN AWAL
Sebelum melihat persiapan-persiapan yang akan dilakukan dalam pengoperasian long line maka dapat dilihat terlebih dahulu struktur organisasi yang ada di atas kapal.
1. NAKHODA
2. KKM
3. OILER
4. BOSWAIN
5. KOKI
6. ABK

1. Pihak Perusahaan
Membantu operasi dengan memberi pinjaman modal kepada kru kapal yang mana dana tersebut akan dipergunakan dalam operasi penangkapan. Selain itu, pihak perusahaan juga membantu dalam pemenuhan kebutuhan operasional mulai dari bahan bakar, perbekalan dan penyediaan es serta air tawar. Perusahaan juga membantu nakhoda dalam kelancaran dokumen-dokumen yang harus ada diatas kapal pada saat kapal berlayar.

2. Nakhoda
Bertanggungjawab atas dokumen-dokumen yang harus dilengkapi mulai dari kelaiklautan kapal sampai ijin untuk melakukan operasi penangkapan. adapun dokumen-dokumen yang harus dilengkapi antara lain :
 Sertifikat dan surat kapal ;
 STKK ( Surat Tanda Kebangsaan Kapal )
 Buku-buku penting diatas kapal
− Buku harian ( journal ) kapal
− Journal pelabuhan
− Journal laut
− Journal mesin
− Keterangan / kisah kapal
 Sertifikat dan surat kir alat
 Surat ukur
 Sertifikat Kesempurnaan
 Sertifikat dan surat awak kapal
 Sijil awak kapal
 Perjanjian kerja laut
 Sertifikat-sertifikat keahlian sesuai dengan bidangnya
 Sertifikat dan surat yang berhubungan dengan pengoperasian kapal ;
 Surat Ijin Usaha Perikanan ( SIUP )
 Surat Ijin Menangkap Ikan

3. Boswain
Bertanggungjawab atas perbekalan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam penangkapan mulai dari umpan, perlengkapan untuk perbaikan alat tangkap, perbekalan, media pendinginan yang akan digunakan ( misalnya ; es curai ).

4. Kepala Kamar Mesin ( KKM )
Bertanggungjawab atas keadaan mesin dan beberapa suku cadang yang ada diatas kapal. Juga bertanggung jawab atas kebutuhan bahan bakar dan pelumas mesin, baik itu mesin utama atau mesin Bantu dalam operasi penangkapan.

5. Oiler
Membantu KKM dalam pengecekan dan perbaikan mesin diatas kapal apabila terjadi kerusakan di atas kapal. juga mengecek persedian bahan bakar, kebersihan kamar mesin, dan pemeliharaan mesin setiap harinya.

6. Anak buah kapal
Membantu Boswain dalam pengangkutan media pendingin, umpan dan mengecek kelengkapan alat tangkap dan kelengkapan lainnya.

7. Koki
Bertanggung jawab atas perbekalan yang akan dibawa dalam operasi penangkapan mulai dari air tawar, makanan, dan kelengkapan konsumsi kru kapal lainnya.


B. PEMILIHAN FISHING GROUND
Fishing ground adalah suatu daerah atau tempat dimana di tempat tersebut banyak terdapat ikan dan sangat cocok untuk operasi penangkapan. dalam memilih fishing ground yang baik, kita harus memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Perubahan iklim
2. Suhu udara
3. Kekuatan arus
4. Kecepatan angin
5. Kedalaman perairan pada daerah tersebut.

Adapun tujuan kita mengetahui daerah penangkapan atau fishing ground yang akan dituju, yaitu;
1. Menghemat bahan bakar yang seharusnya habis hanya untuk mencari fishing ground.
2. Menghemat waktu dan tenaga.
3. Mengoptimalkan hasil operasi penangkapan.

C. OPERASI PENANGKAPAN
1. Setting
Pada saat akan melakukan setting, pertama kali yang harus kita lakukan adalah melakukan persiapan mulai alat tangkap sampai umpan yang akan digunakan untuk operasi penangkapan. Adapun peralatan yang harus kita siapkan anta lain :
 Umpan
 Tali utama ( Main Line )
 Tali cabang ( Branch line )
 Pelampung

Semua peralatan ini dipersiapkan sebelum setting alat tangkap dimulai. Dalam pemilihan umpan, dapat dibedakan mejadi dua yaitu :
 Jenis ikan
− Lemuru
− Bandeng
− Kembung
 Bentuk ikan
− Terdiri dari satu bagian utuh
− Memiliki tulang punggung yang kuat
− panjang berkisar antara 15-25 cm
− Berbau amis
− Warna kulit mengkilat atau cerah

Dalam melakukan setting, para ABK akan dibagi tugas masing-masing, yaitu :
 1 orang di bagian pelampung
 1 orang pembuang pancing
 1 orang mengatur umpan
 1 orang memasang snaph di main line
 1 orang menjaga ruang main line dan membang radio bouy

Semua ABK bekerja sesuai tugasnya masing-masing. Setelah peralatan serta ABK siap, salah satu ABK yang bertugas diruangan Radio Bouy melapor ke Nakhoda bahwa stting siap dimulai.
Apabila semua peralatan dan seluruh ABK siap, Nakhoda memberikan aba-aba untuk memulai setting, dan setting dimulai dengan radio bouy dibuang lalu mesin main line dinyalakan dan dilanjutkan dengan pembuangan pancing. Snaph Yang terpasang pada branch line dipasang di main line segera setelah tanda yang berupa bunyi.
Setiap pembuangan 7 branch line diikatkan pada main line, diselipkan satu buah pelampung pada main line yang gunanya untuk mengapungkan alat tangkap sehingga alat tangkap berada pada kedalaman yang kita inginkan.

2. Hauling
Pada saat hauling long line, para ABK bersiap-siap untuk mengangkat radio bouy yang pertama, setelah pengangkat radio bouy yang pertama yang telah dilakukan para ABK sendiri bekerja dengan tugasnya masing-masing. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan para ABK tersebut antara lain sebagai berikut :
 1 orang menjaga main line yang ditarik oleh line hauler.
 1 orang melepas snaph yang terpasang pada main line
 2 orang menggulung branch line
 1 orang mengangkat pelampung.
 1 orang membersihkan hasil tangkapan.
 1 orang mengatur penyimpanan ikan di dalam palkah
 1 orang menyusun branch line di dalam basket.
Tugas-tugas kerja ini akan dilaksanakan oleh seluruh kru kapal secara bergantian terkecuali Nakhoda.

D. PENANGANAN DIATAS KAPAL
Tuna merupakan salah satu jenis ikan yang berharga sangat mahal. Oleh karena itu, metode penangkapan tuna sangat penting artinya untuk mendapatkan nilai jual tuna yang sangat tinggi. Penanganan dan pengolahan tuna di atas kapal sangat penting untuk diketahui dan dipahami dalam upaya menjaga konsistensi kualitas produk. Untuk mendapatkan kualitas tuna yang baik, penanganannya sudah dimulai sejak dilakukan penangkapan. Pemahaman tentang biologi tuna akan mempermudah penanganan tuna. Berikut ini beberapa penanganan yang perlu dilakukan agar didapatkan kualitas daging tuna yang baik:
1. Penangkapan dan pendaratan dengan baik
Berikut ini hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penangkapan tuna:
a. Tuna harus ditangani dengan baik semenjak ada dalam air.
b. Kurangi jumlah tuna yang stress dengan perawatan pancing sesering mungkin.
c. Kurangi jumlah tuna yang mati dengan mempersingkat waktu tuna berada dalam pancing.
2. Pembunuhan dan pengeluaran darah dengan benar
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembunuhan tuna:
a. Pastikan bahwa tuna dibunuh dengan cepat.
b. Kurangi kesempatan tuna untuk melawan
c. Kurangi kesempatan tuna menjadi rusak
Cara pengeluaran darah tuna dengan tepat:
A. Memotong pembuluh darah di dada
B. Memotong pembuluh darah di insang
C. Memotong pembuluh darah di bagian ekor
Hal-hal penting yang harus diperhatikan selama pengeluaran darah:
A. Pastikan bahwa pengeluaran darah dilakukan dengan baik pada setiap ikan.
B. Pastikan bahwa jantung tidak rusak saat memotong pembuluh darah pada bagian daerah insang.

3. Pencucian dan pembersihan secara hati-hati
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembersihan:
a. Lakukan pembuangan jeroan dengan tepat dan baik.
b. Jangan simpan ikan dalam keranjang yang belum dikeluarkan jeroannya
c. Cuci dinding perut sampai bersih setelah jeroan dikeluarkan

4. Pendinginan dan pembekuan dengan cepat
Pemberian es pada wadah penyimpanan tuna di atas kapal dikerjakan saat suhu tuna dalam wadah pendinginan atau container telah mencapai 0oc. Tuna yang berukuran besar sebaiknya disimpan atau diberi es secara terpisah dengan tuna yang berukuran kecil. Jika terpaksa disatukan dalam satu keranjang, tuna berukuran besar ditempatkan di bagian bawah untuk memperkecil kerusakan tuna yang berukuran kecil. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pengesan tuna selama penyimpanan tuna:
a. Pastikan semua tuna harus diberi es dengan benar
b. Periksa dengan teratur untuk menjamin bahwa tuna di tutup dengan es secra sempurna
c. Cegah tuna saling bersentuhan selama pengesan dalam keranjang ikan

Pembekuan tuna dilakukan diatas kapal terutama dilakukan untuk tuna yang akan dibuat sashimi atau untuk pasar export. Salah satu cara pembekuan tuna diatas kapal yang direkomendasikan yaitu dengan menggunakan air blast freezer. Alat ini merupakan jenis refrigerator yang tempat pembekunya berbentuk suatu ruang atau kamar yang dilengkapi dengan pipa-pipa pendingin. Udara dingin dihembuskan melewati pipa pendingin kedalam ruang tersebut dengan kecepatan tinggi. Dengan penggunaan alat tersebut suhu yang rendah dapat diperoleh dalam waktu relative cepat. Suhu yang diperlukan untuk pembekuan tuna adalah -60oc. Oleh karenanya, alat pembeku atau refrigerator yang digunakan harus mempunyai kemampuan membekukan tuna sampai suhu -60oc dalam jangka waktu 8 jam atau kurang.
5. Pembongkaran tuna
Pada saat pembongkaran tuna dari keranjang ikan, penanganan atau perlakuan yang hati-hati dan cepat harus selalu diterapkan. Usahakan selama pembongkaran tidak ada kulit dan daging tuna yang rusak atau tergores. Tempat untuk melakukan pembongkaran tuna harus bersih dan diberi naungan agar tuna tidak terkena sinar matahari langsung.

E. PEMASARAN HASIL TANGKAPAN
Dalam pemasaran hasil tangkapan tuna long line, biasanya hasilnya langsung dijual kepada pihak perusahaan. Setelah itu pihak perusahaan kadang ada langsung melakukan proses pengolahan atau di ekspor keluar negeri atau bisa juga dikirim ke perusahaan pengolahan lainnya.
Penanganan ikan segar berkaitan erat dengan tata niaga pemasarannya. Secara umum, tata niaga pemasaran ikan segar dapat diilustrasikan seperti:
1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
2. Pasar Induk
3. Pabrik Pengolahan
4. Supermarket
5. Pasar Pengecer
6. Pedagang Keliling dan
7. Konsumen Akhir

Berdasarkan kegiatan tersebut, untuk sampai ke tangan konsumen akhir ikan segar melalui beberapa tahapan penanganan, yaitu:

1. Penanganan Ikan Di Tempat Pelelangan Ikan ( TPI )
Tempat pelelangan ikan merupakan tempat pertama dilakukannya proses transaksi ikan. TPI ini merupakan salah satu sarana yang disediakan di pelabuhan atau pendaratan ikan. Setelah selesai beroperasi, kapal-kapal penangkap ikan langsung membawa hasil tangkapannya menuju pelabuhan atau tempat pendaratan terdekat. TPI yang baik harus memenuhi persyaratan sebagi berikut;
 Mempunyai persediaan air bersih.
 Mempunyai tempat penyimpanan es.
 Mempunyai wadah atau Keranjang untuk melelang ikan.
 Lantai pelelangan harus dibuat dari ubin yang halus dan mudah dibersihkan serta tidak terdapat genangan.
Berikut ini hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan selama penanganan ikan dari pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI;
 Kontrol suhu ikan selama penangan agar selalu dingin.
 Lakukan penanganan dengan cepat dan tepat.
 Perkecil sentuhan fisik secara langsung dengan ikan
 Hindari sengatan langsun sinar matahari pada tubuh ikan.
 Perkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan.

2. Penanganan Ikan Di Tingkat Pedagang
Ikan merupakan salah satu komoditas yang mudah membusuk. Jika tidak diberi es atau perlakuan pandinginan lainnya, ikan akan berbau busuk setelah disimpan selama dua hari. Oleh karenanya, saat dipasarka ikan harus selalu didinginkan sehingga dalam pemasaran ikan dikenal dengan rantai pemasaran dingin.
Proses pendinginan pada ian juga dilakukan di tingkat pedagang, baik pada tingkat grosir maupun pengecer. Perlakuan pendinginan yang dilakukan oleh pedagang sangat bervariasi, tergantung dari sarana dan prasarana yang dimilikinya. Tak mengherankan bila ikan yang diperjualbelikan oleh pedagang dalam satu pasar atau dipasar yang lain mempunyai tingkat kesegaran yang berbeda meskipun didatangkan dari TPI yang sama.

3. Penanganan Saat Pengangkutan
Adapun beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam penanganan ikan selama pengangkutan, antara lain;
 Media pendingin
 Alat angkut
 Pengelompokan ikan
 Wadah Pengangkutan
 Lamanya perjalanan dan kondisi iklim

F. PEMBAGIAN HASIL OPERASIONAL
Setelah hasil tangkapan terjual, tiba saatnya pembagian hasil. Pada umumnya, pembagian hasil pada unit operasi long line adalah dengan sistem persentase. adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :
 Pihak perusahaan : 60 % dari hasil penjualan.
 Nakhoda : 20 % dari hasil penjualan.
 KKM : 15 % dari hasil penjualan.
 Boswain : 10 % dari hasil penjualan.
 ABK : 5 % dari hasil penjualan.



0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com