Rabu, 11 November 2009

DAERAH PENANGKAPAN IKAN (Fishing Ground)

Pertemuan pertama
DAERAH PENANGKAPAN IKAN (Fishing Ground)
 adalah merupakan daerah atau area dimana populasi organisme dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan, yang bahkan apabila memungkinkan diburu oleh fishing master yang bekerja di kapal-kapal penangkap ikan dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan yang dimilikinya
 Fishing ground dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, antara lain : temperatur air, salinitas, pH, kecerahan, gerakan air, kedalaman perairan, topografi dasar perairan, bentuk bangunan dasar perairan (bottom properties), kandungan Oksigen terlarut dan makanan
 Fishing ground dapat ditandai dengan :
1. Distribusi massa air, sebagai akibat adanya daerah pertemuan arus laut Distribusi massa air ini akan membawa dan menyebarkan organisme hidup.
2. Fluktuasi keadaan lingkungan, dapat mempengaruhi beberapa hal : distribusi, migrasi, pertumbuhan dan reproduksi organisme air termasuk ikan
 Hewan (ikan) suka mendiami suatu lingkungan untuk :
1. tinggal secara permanen
2. hanya lewat saja
3. tinggal untuk jangka pendek sebelum meneruskan untuk berjalan lagi
 Sewaktu hewan (ikan) berada diam di suatu tempat, maka memudahkan mereka untuk ditangkap dengan menggunakan alat penangkap
 Sejak saat itu daerah tersebut disebut daerah penangkapan ikan (fishing ground)
 Fishing ground yang baik, apabila mempunyai :
1. Karakteristik dari ikan yang menghuninya (seperti sub populasi, umur, ukuran, jangka waktu/lama kehidupan dan tingkat pertumbuhan)
2. Jumlah individu ikan (ukuran sub populasi, jumlah ikan yang datang ke fishing ground, jumlah gerombolan ikan dan tingkat kepadatan individu setiap gerombolan)
3. Karakteristik fishing ground (seperti letak/posisi, wilayah dan kedalaman air)
4. Waktu (seperti musim, lamanya tinggal)

 Keadaan yang disukai oleh ikan dan hewan laut lainnya :
1. Daerah dengan keadaan faktor fisik optimum (mudah beradaptasi) dengan fluktuasi yang kecil
2. Daerah up welling dari perairan yang dalam dan kaya nutrien yang bergerak ke atas ke daerah euphotic yang banyak phytoplanktonnya
3. Daerah pertemuan dan puncak up welling yang merupakan kombiasi thermoclin pada perairan yang dangkal
4. Daerah pertemuan 2 massa air yang berbeda, khusus bagi ikan bermigrasi (kuroshio dan oyashio)
5. Daerah yang dekat dengan bangunan dasar laut (terumbu karang, topografi yang menghasilkan campuran lapisan air atas dan bawahnya serta organisme yang dibawanya merupakan makanan ikan)
6. Daerah yang mempunyai ciri spesifik bagi ikan untuk menempel telurnya (rumput laut, bangunan-bangunan atau kapal karam)

Klasifikasi fishing ground berdasarkan struktur oseanografi
1. Daerah pertemuan 2 arus. Terbentuk karena pertemuan 2 arus sebagai akibat perbedaan massa air (arus kuroshio dan oyashio)
2. Daerah yang terbentuk karena mempunyai temperatur optimum.
Terbentuk karena adanya pertemuan massa air yang berbeda temperatur, sehingga menjadikan temperatur optimum
3. Daerah yang terbentuk karena percampuran air yang mengarah ke atas.
Terbentuk karena pertemuan arus panas dan arus dingin yang berbenturan, mengakibatkan arah arus ke atas atau ke bawah dan kemudian menyebar membentuk formasi eddy.
Gerakan massa air ke atas tersebut disebut surface divergence dan gerakan sebaliknya disebut surface convergence


Fishing ground dunia dengan produktivitas tinggi
a. Tohuku dan Hokkaido Jepang (pertemuan kuroshio dengan oyashio)
b. Pantai Australia dan New Zealand (pertemuan East Australian Current dengan West Wind Counter Current)
c. Afrika selatan (pertemuan Agulhas Current dengan West Wind Counter Current)
d. Patagonia, yaitu di sebelah barat daya laut Atlantik (pertemuan Brazil Current dengan Falkland Current)
e. Sebelah barat laut Atlantik (pertemuan Frontal Current)
f. Sebelah timur laut Atlantik (pertemuan Frontal Current dengan Artic Current)
g. Daerah yang terbentuk karena adanya arus up welling
Sebagai akibat dari up welling yang kuat dari perairan laut dalam menuju permukaan
Sebab-sebab terjadinya up welling
a. Bila angin bertiup ke arah lepas pantai (off shore wind) sangat kencang dan air di permukaan terbawa, sehingga lapisan permukaan menjadi turun. Maka terjadilah up welling dari laut dalam dekat pantai
b. Ada arus bawah ari yang menghantam tebing atau terumbu karang akan naik menjadi up welling
c. Akibat adanya pertemuan 2 arus lalu naik ke permukaan dengan arah yang berlawanan
d. Adanya arus bawah yang melewati sisi bawah pulau atau batu karang besar, kemudian arus naik ke atas
e. Akibat arus dengan formasi eddy (divergence dan convergence)



Pertemuan ke-dua
Karakteristik Daerah Up Welling
a. Daerah perairan laut dalam yang kaya akan nutrien akan dibawa ke permukaan, bercampur dengan phytoplankton dan menghasilkan konsentrasi makanan
b. Daerah divergence dengan up welling yang kuat, dengan temperatur rendah dan kaya nutrien bergerak ke permukaan menjadikan daerah sekitarnya menjadi lebih dingin dengan tingkat kecerahan semakin berkurang
c. Daerah puncak up welling. Lapisan thermoklin terangkat mendekati permukaan, dimana temperatur sangat cocok bagi ikan dan berkumpul pada area yang terbatas
d. Beberapa daerah up welling di dunia
e. Di samudra Pasifik, fishing ikan teri di Peru, Sardin di California, Madidihang di Costa Rica
• Di samudra Atlantik, fishing ground Sardin dan ikan-ikan dasar
• Di samudra Hindia, sepanjang pantai Somalia dan pantai Cochin India

5. Daerah yang terbentuk karena Topografi Dasar atau bentuk Garis Pantai
• Biasanya berpengaruh terhadap kecepatan arus bawah
• Pada formasi Eddy, massa air panas dan dingin bertemu dan terjadi up welling, maka akibatnya arus dingin dengan densitas tinggi berbelok arah menuju permukaan (surface divergence). Daerah ini merupakan fishing ground yang baik.
• Faktor topografi dasar yang ada di selat, mengakibatkan arus yang melaluinya akan berputar dan mencampur lapisan permukaan dengan lapisan di bawahnya. Kondisi ini akan meningkatkan produktivitas biologi sehingga akan menarik ikan bonito dan ikan terbang
6. Daerah yang terbentuk adanya faktor kemiringan benua (continental shelf)
• Separo dari sumber biologis terdapat di daerah continental shelf, sehingga banyak ikan yang menyukai tempat ini
• Banyk sungai yang membawa nutrien dalam jmlh besar yang masuk kedaerah ini.
• Gelombang dan arus dapat mempengaruhi suhu perairan lapisan bawah dan permukaan
• Daerah ini kaya nutrien dari permukaan sampai dasar perairan
• Penetrasi cahaya matahari melimpah dan jumlah organic matternya besar, sehingga menghasilkan phytoplankton dan zooplankton
• Daerah continental shelf merupakan tempat yang ideal bagi ikan-ikan muda untuk tumbuh.
• Di daerah ini proses rantai makanan berlangsung lebih cepat, sehingga produktivitas biologinya tinggi.
• Daerah ini dangkal dan merupakan fishing ground yang baik dengan alat tangkap yang di seret (drag net)
• Merupakan daerah yang berhubungan langsung dengan laut terbuka
• Contoh fishing ground daerah continental shelf di dunia
a. Di samudra Pasifik di sekitar Alaska di laut Bering merupakan fishing ground ikan Cod dan kepiting (crab)
b. Di samudra Atlantik, dilaut utara dan laut Barents merupakan fishing ground ikan Turbot, Sole, Cod dan Sardin
Di pantai barat Afrika merupakan fishing ground Sea Bream dan Octopus
Di Newfoundland, fishing ground ikan cod dan Sardin
7. Daerah yang terbentuk karena adanya Terumbu Karang
• Daerah terumbu karang dapat menyebabkan up welling melalui arus bawah, sehingga dapat menambah produktivitas biologi dan gerombolan ikan akan banyak menetap di daerah ini
• Terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi organisme karang yang sangat disukai oleh kebanyakan ikan
• Daerah terumbu karang asli atau buatan sangat baik untuk fishing ground
• Contoh daerah karang yang produktif di dunia : Newfoundland di Canada dan Georgia di laut utara
Klasifikasi fishing ground berdasarkan Karakteristik
• Laut mempunyai kedalaman rata-rata 3.800 m, tetapi yang merupakan fishing ground mempunyai kedalaman maksimum 200 m
Fishing Ground menurut daerah operasinya
1. Littoral Zone Fishing Ground
 Fishing ground berdasarkan pasang surut
 Di Jepang kisaran pasang surut 1 – 3 m
 Di pantai yang menghadap samudra Pasifik kisarannya 0,2 – 0,4 m
 Di laut Ariake kisarannya mencapai 5 m, di daerah yang pasang surutnya tinggi merupakan fishing ground anak-anak ikan dan jenis ikan karang
 Di daerah pasang surut teluk, merupakan fishing ground kerang-kerangan dan tiram, dan baik untuk budidaya rumput laut
2. Coastal Fishing Ground
 Merupakan fishing ground one day fishing
 Kebanyakan lokasi berada di daerah continental shelf dengan produktivitas yang tinggi (termasuk terumbu karang dan karang buatan)
 Contoh :
 Fishing ground Bonito dengan menggunakan pole & line, long line lepas pantai
3. High Sea Fishing Ground
Untuk mencapai fishing ground ini diperlukan waktu 10 hari pelayaran dari tempat pendaratan
4. Inland Waters Fishing Ground
Merupakan fishing ground di danau, sungai , estuarin dsb

Klasifikasi Fishing Ground menurut Alat dan Metode Penangkapan
1. Fixed Trap Net Fishing Ground
Fishing ground pantai dengan kedalaman beberapa meter sampai maksimal 80 m
Fixed net ditempatkan di daerah ruaya ikan dan ikan akan terjebak di jaring
2. Lift Net Fishing Ground
Fishing ground dangkal dengan arus lemah
Ikan dapat ditarik ke jaring karena faktor umpan atau cahaya
3. Purse Seine Fishing Ground
Fishing ground ini mengharapkan ikan dapat terkonsentrasi dan bergerombol dekat dengan permukaan dengan gerakannya lamban dengan bantuan rumpon
Fishing ground ini dengan arus kecil serta tidak ditemukan terumbu karang atau tonggak-tonggak di bawahnya

Pertemuan Ke-tiga
4. Trawl Net Fishing Ground
 Fishing ground ini bervariasi tergantung dari kedalaman dan spesies target.
 Surface Trawl untuk menangkap ikan pelagic
 Mid Water Trawl untuk menangkap ikan di pertengahan sampai mendekati dasar perairan
 Bottom Trawl untuk menangkap ikan demersal
 Fishing ground Bottom Trawl harus bebas dari terumbu karang dan tonggak-tonggak
5. Gill Net Fishing Ground
 Fishing ground ini tergantung dari tipe jaring dan kedalaman perairan
 Surface gill net untuk menangkap ikan pelagic
 Drift gill net untuk menangkap ikan pelagic
 Bottom gill net untuk menangkap ikan demersal
 Surounding / Encircling gill net untuk menangkap ikan pelagic
 Gill net dioperasikan pada perairan dengan arus yang tidak kuat
 Ikan akan terjebak, yaitu terjerat atau terpuntal
 Sangat efisien bila dioperasikan pada malam hari
6. Angling Fishing Ground
 Jenisnya sangat bervariasi tergantung dari sasaran penangkapan
 Fishing ground dekat terumbu karang, kedalaman cukup, arus tidak kuat

Klasifikasi fishing ground menurut ikan target:
1. Sardin fishing ground
 Terdapat di perairan campuran antara massa air panas dan dingin
 Juga terdapat pada perairan dengan massa air berpusar kuat
 Contoh di Jepang pada lokasi 20 mil dari tepi pantai
2. Mackerel fishing ground
 Terdapat di perairan dekat pantai (in shore) dengan massa air berpusar
 Pada perairan lepas pantai (off shore) dengan arus yang panas
 Ikan ini berenang tergantung pada penyebaran temperatur air secara vertikal
 Terdapat hubungan antara penyebaran temperatur air optimum secara vertikal dengan bentuk formasi fishing ground mackerel
3. Bonito (tongkol) fishing ground
 Menyukai perairan pertemuan antara arus panas dengan dekat terumbu karang
4. Saury fishing ground
 Terdapat pada perairan pertemuan arus oyashio

Klasifikasi fishing ground menurut habitat:
1. Demersal fishing ground
 Fishing ground bagi ikan yang hidupnya dekat dengan dasar perairan
 Hanya efektif pada kedalaman ± 1.000 m
 Keanekaragaman dan jumlah yang tinggi terdapat pada perairan continental shelf
 Sangat baik pada perairan dangkal di musim panas, ketika temperatur air naik
 Pada musim dingin, terutama di perairan laut dalam, ketika temperatur air relatif masih panas dan temperatur permukaan sudah mulai turun.
 Fishing ground yang baik juga ditemukan pada dekat terumbu karang
 Juga terdapat pada dasar perairan yang berpasir atau berlumpur
2. Pelagic fishing ground
 Merupakan fishing ground bagi ikan yang hidup di permukaan dan berenang bebas
 Fishing ground banyak terdapat mulai dari dekat dengan pantai hingga ke lautan lepas
 Alat tangkapnyapun juga banyak berbeda antara masing-masing jenis ikan
3. Shallow fishing ground
 Khusus untuk ikan bonito dan parrot fish, yang hidupnya di perairan dangkal

Klasifikasi fishing ground menurut kedalaman perairan
1. Shallow seas fishing ground
 Fishing ground di perairan continental shelf sampai kedalaman 200 m
2. Deep sea fishing ground
 Fishing ground untuk ikan yang hidup pada perairan kedalaman 200 m ke atas.
 Biasanya jenis cod dan crab
Penandaan alat tangkap ikan
Ada dua macam penandaan alat tangkap :
1. Penandaan sedang beroperasi
 Agar mudah dikenali bahwa alat tangkap tersebut sedang beroperasi, sehingga dapat dihindari dari sengketa, antara lain tertabrak kapal atau tersangkut dengan alat lain
 Pemasangan tanda harus mudah dilihat dan dikenali
 Tanda-tanda tersebut meliputi :
a. Berupa bendera berwarna merah, ukuran bebas (mudah dilihat). Biasanya dipasang pada Gill Net, Rawai, Sero dan jermal
b. Berupa lampu. Biasanya dipasang pada alat yang menetap dan beroperasi pada malam hari (Bagan tancap)
c. Berupa anyaman daun kelapa. Berupa rumpon dangkal. Rumpon dalam sebaiknya dibuat permanen dan dapat dilihat pada malam dan siang hari
d. Berupa pelampung.
 Digunakan pada long line berupa radio buoy
 Gill net yang berukuran panjang juga dipasang radio buoy dan lampu
e. Berupa pelampung dan bola hitam
 Dipasang untuk pukat tarik
 Dipasang di atas kantong dan tiang kapal
 Alat ini untuk menunjukkan arah, luas dan panjang alat yang hanyut
2. Penandaan untuk kepentingan pengenalan spesifikasi alat tangkap
 Digunakan untuk penerapan sistem standar penandaan
 Terdiri dari dua macam tanda, yaitu terbuat dari plastik dan terbuat dari metal




JALUR FISHING GROUND PADA OTONOMI DAERAH
Dasar pertimbangan perlunya jalur fishing ground :
 Jumlah armada penangkapan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, sampai mencapai jutaan buah Jawa tengah mencapai 585.514 buah, yaitu
Kapal motor 60.069 buah (10,25 %)
Motor tempel 524.318 buah (89,55 %)
Perahu layar 1.127 buah (0,20 %)
 Sering terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan fishing ground
Akibatnya akan terjadi persaingan dan terjadi kecemburuan sosial diantara nelayan yang disebabkan oleh perbedaan kecanggihan teknologi yang digunakan
 Otonomi Daerah, yaitu daerah mempunyai kewenangan untuk mengurus atau mengelola daerahnya sendiri.
 Maka daerah tersebut juga mempunyai kewenangan untuk mengelola wilayah lautnya
 Dengan adanya pelaksanaan pengaturan jalur fishing ground dengan tindakan pengawasan dan supremasi hukum yang ketat, maka akan terwujud pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab

Jalur fishing ground
 Terjadi 2 kali perubahan jalur fishing ground di Indonesia
1. Berdasarkan SK Mentan RI No 607/Kpts/Um/9/1976. Tanggal 30 Sept 1976, yaitu terdiri :
 Jalur Penangkapan Ikan I (3 mil laut dari garis pantai)

 Jalur Penangkapan Ikan II
Dimulai dari garis luar Jalur Penangkapan Ikan I sampai 4 mil laut ke arah laut lepas
 Jalur Penangkapan Ikan III
Dimulai dari garis luar Jalur Penangkapan Ikan II sampai 5 mil laut ke arah laut lepas
 Jalur Penangkapan Ikan IV
Terletak di luar Jalur Penangkapan Ikan III ke arah laut lepas

2. SK Mentan RI No 392/Kpst/IK.120/4/99. Tanggal 5 April 1999, yaitu terdiri :
 Jalur Penangkapan I
Jalur ini dibagi 2, yaitu 0 – 3 mil laut dari garis pantai dan 3 – 6 mil laut ke arah laut lepas
 Jalur Penangkapan II, yaitu mulai dari 6 – 12 mil
 Jalur Penangkapan Ikan III, yaitu mulai dari 12 – 200 mil laut atau batas ZEEI
 Dengan demikian SK Mentan tahun 1976 telah dicabut dan diganti dengan SK Mentan tahun 1999
Dasar pertimbangan pergantian SK Mentan 1976 ke SK Mentan 1999 :
 SK Mentan tahun 1976 masih memperbolehkan pukat harimau (Trawl) untuk beroperasi
 Trawl merupakan alat tangkap yang produktif
 Nelayan tradisional merasa kalah bersaing dalam hal fishing ground maupun hasil tangkapan
 Trawl merupakan alat yang tidak selektif, sehingga tidak ramah lingkungan
 Nelayan tradisional merasa kawatir berkurangnya hasil tangkapan karena terkuras oleh trawl
 Nelayan tradisional tidak mampu membeli trawl untuk bersaing
 Sering menimbulkan konflik fisik maupun sosial antara nelayan tradisional dengan nelayan trawl
 Pada tahun 1980 pemerintah RI melarang penggunaan trawl di perairan Indonesia
 Dikeluarkannya Keppres RI No 39 tahun 1980. Tanggal 1 Juli 1980 tentang penghapusan jaring trawl
 SK Mentan RI tahun 1999 tidak dijumpai lagi pengaturan tentang Trawl




Dasar pemikiran SK Mentan RI tahun 1999
1. Merupakan upaya pengendalian penangkapan ikan agar pemanfaatan sumberdaya ikan laut dapat dioptimalkan, lestari dan tidak berlebihan
2. Perikanan yang bertanggung jawab (Responsible Fisheries), yaitu pengelolaan perikanan tangkap secara bertanggung jawab dan berkelanjutan
3. Untuk menghindari konflik antar nelayan sebagai akibat tumpang tindihnya daerah penangkapan ikan atau tersangkutnya antar alat tangkap ikan di fishing ground tertentu
4. Memihak kepada nelayan kecil, yaitu armada penangkapan ikan Jalur Penangkapan Ikan yang lebih rendah boleh memasuki Jalur Penangkapan Ikan yang lebih tinggi, tetapi tidak boleh berlaku sebaliknya
5. Dasar hukum psl 4 ayat 4, UU No 9 tahun 1985 tentang Perikanan, yang menyatakan bahwa didalam melaksanakan pengelolaan sumberdaya ikan, Menteri menetapkan ketentuan yang salah satunya adalah mengenai daerah, jalur dan waktu atau musim penangkapan ikan



0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com